Selamat datang di Hamfara-1953.Com

DAKWAH KAMPUS: MENUJU LEADING INTELLECTUAL MOVEMENT

Sabtu, 12 September 2015 0 komentar

Oleh: Yuana Tri Utomo, MSI[1] 

Dunia kampus memang sangat menarik bagi seluruh segmen kepentingan. Orang tua mana yang tidak berharap anaknya memiliki pendidikan tinggi, setinggi-tingginya, dan untuk kontek sekarang harapan itu ada di kampus. Pemuda mana yang tidak memiliki cita-cita memiliki ilmu pengetahuan. Pengusaha mana yang tidak ingin memiliki ilmu manajemen, akuntansi, atau ilmu-ilmu lain yang bisa mengokohkan eksistensinya sebagai pengusaha. Dokter, arsitek, menteri, hakim, tentara, ekonom dan berbagai macam ragam profesi maupun karir apapun sangat mempertimbangkan dunia ini. Dunia kampus juga menarik bagi kalangan aktifis pergerakan yang merindukan perubahan menuju sistem yang sesuai dengan idealisme mereka. Diskusi-diskusi seputar konsep, acapkali diselenggarakan di kampus. 

Kristalisasi manifesto juga sering muncul di kampus. Lebih-lebih ketika perubahan itu meniscayakan adanya people power, maka kampus biasanya menjadi mesin yang menggerakkan masyarakat. Dalam peta pergerakan menuju perubahan, posisi kampus sangat strategis, berada diantara tiga kekuatan potensial. Hal ini nyata karena pusat kekuatan yang bisa memberikan dukungannya kepada sistem baru (ahlu al-quwwah) pada saat ini dipengaruhi oleh elemem ulama, intelektual dan wasaail i’lamiyah (media massa)[2]. 

Segmen ulama dan media massa tidak bersentuhan langsung dengan kampus, tetapi segmen intelektual inilah yang nyata-nyata bersentuhan langsung dengan dunia kampus. Intelektual sebagai salah satu segmen penting yang bisa mempengaruhi ahlu al-quwwah dalam menyangga sistem yang ada maka perlu betul-betul diperhatikan. Mulai dari pola rekrutmennya, pola menggerakkannya sampai pada takaran bisa memimpin umat dengan kekuatan ideologi Islam sebagai qiyadah fikriyyah yang diemban oleh umat secara merata diseluruh dunia. Oleh karena itu, lembaga dakwah kampus yang ada diarahkan menuju pada satu visi, satu tujuan, satu komitmen yang sama, yaitu melanjutkan kehidupan Islam melalui institusi Khilafah Islamiyah dalam rangka memberikan solusi problematika yang ada. Lembaga dakwah di kampus harus bisa bersinergi, antara chapter-lajnah thullab-lajnah mufakkirun-dan lain-lain menjadi satu kesatuan badan, satu komando. Mengambil analogi sebuah badan, maka dakwah kampus adalah sebuah badan yang memiliki satu kesatuan dalam berfikir, dalam merasakan sesuatu dan tentu dalam geraknya juga satu. 

Dakwah kampus bukan sekedar forum yang setiap periode tertentu melakukan ritual munas, musda, dll dengan bergonta-ganti konsep yang tidak jelas, menjalankan blue print yang kabur yang pada akhirnya larut dalam gelombang pragmatisme oportunis politik praktis. Dakwah kampus bukan seperti itu, dakwah kampus sesungguhnya adalah tatsqiif yang berkelanjutan yang integrasi dengan nafas perubahan yang ruhnya ada di mabda’ Islam. Hati-hati dengan istilah islamisasi kampus. Sama halnya dengan islamisasi perekonomian yang berkembang ramai sekarang, maka dakwah kampus dalam melakukan aktifitasnya harus hati-hati dengan istilah islamisasi kampus. Mengingat kampus-kampus yang ada sekarang (tentu ada perkecualian, pen.) adalah kampus-kampus yang lahir dari rahim sekuler, wajar jika darah kurikulumnya juga berbau sekuler-kapitalistik. Oleh karena itu, dakwah kampus dalam beraktifitas tidak boleh gegabah dengan mengadopsi istilah islamisasi kampus, harus diperhatikan betul. Kalau saya pribadi tidak sepakat dengan istilah itu, karena istilah islamisasi kampus itu istilah yang memiliki makna parsial (tadarruj), padahal karakter hakiki perubahan adalah menyeluruh sistemik, ganti rejim ganti sistem. Dakwah kampus harus memiliki road map yang jelas untuk bisa leading intellectual movement. 

Roadmap ini diberlakukan untuk dijalankan oleh PJ dakwah kampus, mengingat segmen pemula dalam dakwah kampus ini adalah mahasiswa yang berinteraksi di kampus dalam jangka waktu paling lama empat tahun. Pola rekrutmen sapu bersih harus menjadi tradisi, mulai tahun pertama menjadi halaqah umum dengan materi-materi yang membangkitkan dan diclosing dengan tawaran halaqah intensif kitab pertama pembinaan selama sepulu bulan, dilanjutkan kitab kedua dalam satu semester, kitab ketiga-keempat, dan seterusnya sampai aktifis dakwah kampus betul-betul bisa melebur dengan ritme gerak partai. Waktu empat tahun diarahkan untuk mencetak kader-kader muda calon pemimpin masa depan yang bersyakhsiyyah islamiyyah. Waktu empat tahun juga diarahkan untuk meruntuhkan kesombongan intelektual para pemikir status quo, sehingga mereka – bi idznillah – mau mendukung revolusi pemikiran sejati dengan membisikkan kata-kata saktinya kepada ahlu al-quwwah agar mau mengambil kekuasaan untuk dikembalikan kepada umat dan selanjutnya umat menyerahkan kepada pemimpinnya yaitu mabda’ Islam. 

Terakhir, dakwah kampus harus bisa menjadi anak panah Islam yang dibidikkan untuk melesat menuju sasarannya, sebagaimana kisah saat perang ke Syam, Abu Bakar kirim surat kepada Amr. Isinya demikian: “Sesungguhnya aku mengirimmu untuk suatu aktifitas yang telah Rasulullah saw serahkan kepadamu.......” kemudian Amr membalas surat itu: “Sesungguhnya aku adalah salah satu diantara anak panah Islam dan Anda adalah busurnya setelah Allah SWT.....” 

_______________________________________________ 
[1] Aktifis dakwah kampus Jogjakarta, PJ Chapter Hamfara [2] Pernyataan ust. Syamsuddin Ramadhan (katanya dari mandub) waktu kunjungan LKU DPP di Jogja pada 25 Des. 2011
Share this article :
Silakan sebarkan artikel dalam blog ini, dengan syarat tetap menjaga amanah dalam penyalinan dan pengutipan tanpa memotong, menginterpretasi, dan mengubahnya; dan harus mencantumkan sumber dari apa yang diterjemahkan dan dipublikasikan
 
Support : Dakwah Kampus Chapter Hamfara
Hak Cipta hanya milik Allah SWT
Di buat oleh Creating Website dan Di modifikasi oleh Musthalihul Fatih
Di dukung oleh Blogger